Kamis, 15 November 2012
Rumah Adat sasak
Bentuk,Fungsi,dan Makna Rumah sasak :
Bagi masyarakat Sasak tradisional, rumah
bukan sekadar tempat hunian yang multifungsi, melainkan juga punya
nilai estetika dan pesan-pesan filosofi bagi penghuninya, baik
arsitektur maupun tata ruangnya.
Rumah adat Sasak pada bagian atapnya
berbentuk seperti gunungan, menukik ke bawah dengan jarak sekitar 1,5-2
meter dari permukaan tanah. Atap dan bubungannya (bungus)
terbuat dari alang-alang, dindingnya dari anyaman bambu, hanya mempunyai
satu berukuran kecil dan tidak ada jendelanya. Ruangannya (rong) dibagi
menjadi inan bale (ruang induk) yang meliputi bale luar (ruang tidur)
dan bale dalem berupa tempat menyimpan harta benda, ruang ibu melahirkan
sekaligus ruang disemayamkannya jenazah sebelum dimakamkan.
Ruangan bale dalem dilengkapi amben,
dapur, dan sempare (tempat menyimpan makanan dan peralatan rumah tangga
lainnya) terbuat dari bambu ukuran 2 x 2 meter persegi atau bisa empat
persegi panjang. Selain itu ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu masuk
dengan sistem geser. Di antara bale luar dan bale dalem ada pintu dan
tangga (tiga anak tangga) dan lantainya berupa campuran tanah dengan
kotoran kerbau atau kuda, getah, dan abu jerami. Undak-undak (tangga),
digunakan sebagai penghubung antara bale luar dan bale dalem.
Hal lain yang cukup menarik diperhatikan
dari rumah adat Sasak adalah pola pembangunannya. Dalam membangun
rumah, orang Sasak menyesuaikan dengan kebutuhan keluarga maupun
kelompoknya. Artinya, pembangunan tidak semata-mata untuk mememenuhi
kebutuhan keluarga tetapi juga kebutuhan kelompok. Karena konsep itulah,
maka komplek perumahan adat Sasak tampak teratur seperti menggambarkan
kehidupan harmoni penduduk setempat.
Bentuk rumah tradisional Lombok
berkembang saat pemerintahan Kerajaan Karang Asem (abad 17), di mana
arsitektur Lombok dikawinkan dengan arsitektur Bali. Selain tempat
berlindung, rumah juga memiliki nilai estetika, filosofi, dan kehidupan
sederhana para penduduk di masa lampau yang mengandalkan sumber daya
alam sebagai tambang nafkah harian, sekaligus sebagai bahan pembangunan
rumah. Lantai rumah itu adalah campuran dari tanah, getah pohon kayu
banten dan bajur (istilah lokal), dicampur batu bara yang ada dalam batu
bateri, abu jerami yang dibakar, kemudian diolesi dengan kotoran kerbau
atau kuda di bagian permukaan lantai. Materi membuat lantai rumah itu
berfungsi sebagai zat perekat, juga guna menghindari lantai tidak
lembab. Bahan lantai itu digunakan, oleh warga di Dusun Sade, mengingat
kotoran kerbau atau sapi tidak bisa bersenyawa dengan tanah liat yang
merupakan jenis tanah di dusun itu.
Upacara Pemakaman suku Toraja
Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman merupakan ritual yang
paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang,
maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama aluk,
hanya keluarga bangsawan
yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman
seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung
selama beberapa hari. Sebuah tempat prosesi pemakaman yang disebut rante
biasanya disiapkan pada sebuah padang rumput yang luas, selain sebagai
tempat pelayat yang hadir, juga sebagai tempat lumbung padi, dan
berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang
ditinggalkan. Musik suling, nyanyian, lagu dan puisi, tangisan dan
ratapan merupakan ekspresi duka cita yang dilakukan oleh suku Toraja
tetapi semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang miskin,
dan orang kelas rendah
Upacara pemakaman ini kadang-kadang baru digelar setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan, dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat mengumpulkan cukup uang untuk menutupi biaya pemakaman.Suku Toraja percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba tetapi merupakan sebuah proses yang bertahap menuju Puya (dunia arwah, atau akhirat). Dalam masa penungguan itu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain dan disimpan di bawah tongkonan. Arwah orang mati dipercaya tetap tinggal di desa sampai upacara pemakaman selesai, setelah itu arwah akan melakukan perjalanan ke Puya.
Bagian lain dari pemakaman adalah penyembelihan kerbau. Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan golok. Bangkai kerbau, termasuk kepalanya, dijajarkan di padang, menunggu pemiliknya, yang sedang dalam "masa tertidur". Suku Toraja percaya bahwa arwah membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di Puya jika ada banyak kerbau. Penyembelihan puluhan kerbau dan ratusan babi merupakan puncak upacara pemakaman yang diringi musik dan tarian para pemuda yang menangkap darah yang muncrat dengan bambu panjang. Sebagian daging tersebut diberikan kepada para tamu dan dicatat karena hal itu akan dianggap sebagai utang pada keluarga almarhum.
Ada tiga cara pemakaman: Peti mati dapat disimpan di dalam gua, atau di makam batu berukir, atau digantung di tebing. Orang kaya kadang-kadang dikubur di makam batu berukir. Makam tersebut biasanya mahal dan waktu pembuatannya sekitar beberapa bulan. Di beberapa daerah, gua batu digunakan untuk meyimpan jenazah seluruh anggota keluarga. Patung kayu yang disebut tau tau biasanya diletakkan di gua dan menghadap ke luar. Peti mati bayi atau anak-anak digantung dengan tali di sisi tebing. Tali tersebut biasanya bertahan selama setahun sebelum membusuk dan membuat petinya terjatuh.
Upacara pemakaman ini kadang-kadang baru digelar setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan, dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat mengumpulkan cukup uang untuk menutupi biaya pemakaman.Suku Toraja percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba tetapi merupakan sebuah proses yang bertahap menuju Puya (dunia arwah, atau akhirat). Dalam masa penungguan itu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain dan disimpan di bawah tongkonan. Arwah orang mati dipercaya tetap tinggal di desa sampai upacara pemakaman selesai, setelah itu arwah akan melakukan perjalanan ke Puya.
Bagian lain dari pemakaman adalah penyembelihan kerbau. Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan golok. Bangkai kerbau, termasuk kepalanya, dijajarkan di padang, menunggu pemiliknya, yang sedang dalam "masa tertidur". Suku Toraja percaya bahwa arwah membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di Puya jika ada banyak kerbau. Penyembelihan puluhan kerbau dan ratusan babi merupakan puncak upacara pemakaman yang diringi musik dan tarian para pemuda yang menangkap darah yang muncrat dengan bambu panjang. Sebagian daging tersebut diberikan kepada para tamu dan dicatat karena hal itu akan dianggap sebagai utang pada keluarga almarhum.
Ada tiga cara pemakaman: Peti mati dapat disimpan di dalam gua, atau di makam batu berukir, atau digantung di tebing. Orang kaya kadang-kadang dikubur di makam batu berukir. Makam tersebut biasanya mahal dan waktu pembuatannya sekitar beberapa bulan. Di beberapa daerah, gua batu digunakan untuk meyimpan jenazah seluruh anggota keluarga. Patung kayu yang disebut tau tau biasanya diletakkan di gua dan menghadap ke luar. Peti mati bayi atau anak-anak digantung dengan tali di sisi tebing. Tali tersebut biasanya bertahan selama setahun sebelum membusuk dan membuat petinya terjatuh.
Rumah Adat Makassar (Balla)
Balla lompoa adalah
rumah adat Makassar/Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia. Sebelum
dialihfungsikan sebagai Museum Balla Lompoa, rumah ini dulunya merupakan
sebuah istanah yang dibangun pada tahun 1936 oleh Raja ke-35 yaitu Andi Mangimangi
yang berkuasa pada tahun 1906-1946. Sekarang tempat ini juga berfungsi
sebagai objek wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi.
rumah adat papua(Honai)
Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat
dari jerami atau ilalang. Honai sengaja dibangun sempit atau kecil dan
tidak berjendela yang bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan
Papua. Honai biasanya dibangun setinggi 2,5 meter dan pada bagian
tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk
menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk
kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi
(disebut Wamai).
Rabu, 07 November 2012
Baju Kebaya Modern
hai..bagi km yg suka seni dan budaya di blog ini akan ada bnyk tentang seni dan kebudayaan mulai dari baju adat , rumah adat ,alat musik tradisional ,dan kesenian-kesenian menarik lainnya. smoga blog ini bermanfaat bagi kalian ya...:D
Baju Kebaya Modern
dengan hiasan pita pink.
Baju Kebaya Modern
dengan hiasan pita pink.
Langganan:
Postingan (Atom)